Silat adalah seni bela diri tradisional yang telah ada selama berabad-abad di berbagai negara Asia Tenggara, terutama di Indonesia, Malaysia, dan Brunei. Seni bela diri ini telah menjadi bagian integral dari budaya dan sejarah masyarakat di wilayah tersebut. Namun, ada beberapa alasan mengapa silat tidak diperbolehkan dalam dunia Mixed Martial Arts (MMA).
Pertama, perbedaan dalam aturan dan tujuan. MMA adalah olahraga pertarungan yang memungkinkan berbagai teknik dari berbagai seni bela diri, seperti Muay Thai, Jiu-Jitsu, dan Taekwondo, untuk digunakan dalam pertandingan. Tujuannya adalah untuk mengalahkan lawan dengan teknik yang paling efektif. Silat, di sisi lain, adalah seni bela diri tradisional yang memiliki aturan dan etiket yang berbeda, lebih fokus pada pertahanan diri dan penghormatan terhadap lawan. Ini membuat sulit untuk mengintegrasikan silat ke dalam format pertarungan MMA yang keras.
Kedua, perbedaan dalam gaya bertarung. Silat adalah seni bela diri yang cenderung mengandalkan gerakan berputar, serangan kaki dan tangan, serta teknik lemparan dan tangkapan. Sementara itu, MMA lebih menekankan pada perkelahian berdiri dan pertarungan di tanah. Gaya bertarung yang berbeda ini membuat sulit bagi seorang praktisi silat untuk bersaing dalam pertandingan MMA, di mana aturan dan strategi yang berbeda digunakan.
Ketiga, kurangnya eksposur internasional. Sementara seni bela diri seperti Muay Thai dan Jiu-Jitsu telah menjadi populer di tingkat internasional melalui kompetisi MMA, silat masih kurang dikenal di luar Asia Tenggara. Hal ini membuat sulit bagi praktisi silat untuk mendapatkan kesempatan dalam dunia MMA yang lebih luas.
Meskipun demikian, beberapa atlet telah mencoba untuk menggabungkan elemen-elemen silat ke dalam repertoar mereka dalam MMA, mencoba menciptakan gaya bertarung yang unik. Namun, silat tetap menjadi salah satu seni bela diri yang belum sepenuhnya diadopsi dalam dunia MMA, dan tantangan tetap ada untuk mengintegrasikannya dengan baik ke dalam olahraga ini.
No comments:
Post a Comment