Labels

Translate

CONTOH TUGAS : Peran guru terhadap psikologi peserta didik

Psikologi merupakan suatu disiplin ilmu yang sangat dibutuhkan oleh dunia pendidikan, baik institusi formal maupun non formal. Pengetahuan tentang psikologi  sangat diperlukan oleh pihak guru atau instruktur sebagai pendidik, pengajar, pelatih, pembimbing dan pengasuh dalam memahami karakteristik, kognitif, afektif dan psikomotorik peserta secara integral. Pemahaman aspek psikologis oleh pihak guru atau instruktur di institusi pendidikan memiliki konstribusi yang sangat berarti dalam membelajarkan pesrta didik, sesuai dengan minat, bakat, sikap, motivasi, aspirasi, dan kebutuhan peserta didik, sehingga proses pembelajaran di kelas dapat berlangsung secara optimal dan maksimal.
Peranan dan pengetahuan psikologi sangat diperlukan bagi pendidik  yaitu untuk mengetahui dan menghadapi peserta didik yang unik dilihat dari segi karakteristik perilaku, kepribadian, sikap, minat, motivasi, pengetahuan, persepsi, daya pikir, intelegensi, fantasi, dan berbagai aspek psikologis lainnya yang berbeda antara peserta didik yang satu dengan peserta didik yang lain.
Psikologi perkembangan dan pendidikan sebagai model dasar bagi para calon guru dan para guru dalam melakukan proses pembelajaran kepada peserta didik di kelas karena substansi ini ialah mencakup kajian tentang latar belakang pentingnya psikologi dalam pendidikan, pengertian psikologi pendidikan dan ruan lingkup psikologi pendidikan gejala atau aktivitas umum, jiwa manusia; kepribadian, inteligensi, dan bakat peserta didik; perkembangan anak dan perkembangan remaja sebagai subjek didik; belajar dan permasalahannya; teori belajar; interaksi belajar mengajar di kelas dan permasalahannya; keterkaitan perilaku guru terhadap dinamika kelas; pembinaan disiplin di dalam kelas; motivasis belajar dan permasalahannya; strategi belajar mengajar manajemen kelas untuk interaksi belajar mengajar, dari masalah-masalah khusus dalam pendidikan dan pengajaran.
Psikology Perkembangan

A.      Pengertian
          Berdasarkan pendapat beberapa para ahli, psikologi perkembangan itu dapat diartikan sebagai berikut:

1.      Psikologi perkembangan merupakan cabang dari psikologi yang mempelajari proses perkembangan individu, baik sebelum maupun setelah kelahiran berikut kematangan perilaku (J.P. chaplin,1797 )

2.      Psikologi perkembangan merupakan cabang psikologi yang mempelajari tingkah laku dan kemampuan sepanjang proses perkembangan individu dari mulai masa konsepsi sampai mati (Ross Vasta, 1992 )

Kedua pendapat di atas menunjukkan bahwa psikologi perkembangan merupakan salah satu bidang psikologi yang memfokuskan kajian atau pembahasannya mengenai perubahan tingkah laku dan proses perkembangan dari masa konsepsi sampai mati. Para ahli psikologi perkembangan melakukan studi tentang perubahan tingkah laku itu dalam semua siklus kehidupan individu mulai masa konsepsi sampai mati, walaupun usahanya banyak di fokuskan sampai pada periode remaja. Dalam tahun-tahun terakhir ini, penelitian tentang perkembangan telah diarahkan kepada isu-isu yang berhubungan dengan perkembangan masa dewasa sehingga melahirkan psikologi perkembangan sepanjang rentang kehidupan.

Perkembangan dapat diartikan sebagai perubahan yang progresif dan kontinyu dalam diri individu dari mulai lahir sampai mati. Pengertian lain dar perkembangan adalah perubahan-perubahan yang dialami individu atau organism menuju tingkat kedewasaannya atau kematangannya yang berlangsung secara sistematis, progresif, dan berkesinambungan, baik menyangkut fisik maupun psikis.

B.        Beberapa  teori perkembangan

1.      Pendekatan perkembangan kognitif
Pendekatan ini di dasarkan pada asumsi atau keyakinan bahwa kemampuan kognitif merupakan suatu yang fundamental dan yang membimbing tingkah laku anak. Kunci untuk memahami tingkah laku anak terletak pada pemahaman bagaimana pengetahuan tersebut terstruktur dalam berbagai aspeknya.
2.      Pendekatan belajar atau lingkungan

Teori-teori belajar atau lingkungan berakar dari asumsi bahwa tingkah laku anak di peroleh melalui pengkondisian prinsip-prinsip belajar. Disini dibedakan antara tingkah laku yang dipelajari dengan yang temporer. Dalam hal ini B.F. Skinner membedakan respondent behavior dengan opera behavior.

a.       Respondent behavior merupakan respon yang didasarkan kepada reflex yang di control oleh stimulus, respon ini terjadi karena ada stimulus dan tidak terjadi apabila stimulus itu tidak ada.

b.      Operant behavior yaitu tingkah laku sukarela yang dikontrol oleh dampak atau konsekuensinya. Pada umumnya dampak tingkah laku yang menyenangkan cenderung akan diulang kembali, sedangkan yang tidak menyenangkan cenderung ditinggalkan atau tidak di ulangi kembali.

3.      Pendekatan etologi
Pendekatan ini merupakan studi perkembangan dari prespektif evolusioner yang didasarkan pada prinsip-prinsip evolusi yang diajukan oleh pertama kalinya oleh Charles Darwin. Konsep ini merujuk pada asal usul biologis atau evolusioner tentang tingkah laku social. Para etologis sangat memperhatikan studi tentang penyebab evolusioner tentang tingkah laku, walaupun mereka  memiliki perhatian terhadap peranan dan prinsip-prinsip belajar terhadap tingkah laku, namun upaya mereka sangat dikonsentrasikan kepada pemahaman tentang bagaimana proses bawaan mempengaruhi perkembangan.

4.      Pendekatan imam Al-Ghozali
Al-Ghozali berpendapat bahwa anak dilahirkan dengan membawa fithrah yang seimbang dan sehat. Kedua orangtuanyalah yang mempengaruhi mereka. Demikian pula anak terpengaru oleh sifat-sifat yang buruk, ia mempelajari sifat-sifat yang buruk dari lingkungannya. Tabiat ini dalam keadaaan belum sempurna dan mungkin dapat di sempurnakan serta di perindah dengan pendidikan yang baik, yang oleh Al-Ghozali di pandang sebagai salah satu proses yang penting dan tidak mudah.

C.      Memahami perkembangan anak
            Dalam upaya mendidik atau membimbing anak, agar mereka dapat mengembangkan potensi dirinya seoptimal mungkin, maka bagi para pendidik (guru), orangtua atau siapa saja yang berkepentingan dalam mendidik anak,perlu dianjurkan untuk memahami perkembangan anak. Pemahaman itu penting, karena beberapa alasan berikut

1.      Masa anak merupakan periode perkembangan yang cepat dan terjadinya perubahan dalam banyak aspek perkembangan.

2.      Pengalaman masa kecil mempunyai pengaruh yang kuat terhadap perkembangan berikutnya.

3.      Pengetahuan tentang perkembangan anak dapat membantu mereka mengembangkan diri dan memecahkan masalah yang di hadapinya.  

D.      Peranan Psikologi Pendidikan bagi Pendidik
Seorang pendidik tidak hanya dituntut untuk menyelesaikan tugasnya dalam pentransferan ilmu atau nilai saja kepada peserta didik, namun ada hal penting yang harus diketahui oleh seorang pendidik yaitu mengetahui kondisi peserta didik dalam sudut pandang psikisnya. Karena hal itu akan mempermudah seorang guru mengetahui karakter murid-muridnya dalam proses belajar mengajar, baik dari latar belakang siswa sampai daya serap siswa yang berbeda-beda. Oleh karena itu, di sinilah letak betapa pentingnya peran  psikologi pendidikan bagi seorang guru. Sebab yang dipelajari dalam psikologi pendidikan tidak hanya cara belajar saja. Namun, di dalamnya juga mengupas tentang cara interaksi guru dengan siswa, cara pencapaian tujuan pendidikan yang diberikan sesuai dengan psikologis siswa, dan cara memilih teori belajar untuk siswa. kesimpulannya, psikologi pendidikan merupakan solusi dari  masalah belajar dan faktor-faktor psikologis yang berperan dalam proses pendidikan. 
  •   Kenapa Guru harus mempelajari psikologi pendidikan?

Keharusan guru mempelajari psikologi pendidikan agar mudah mentransfer ilmu atau pelajaran  kepada siswa. Guru harus tahu apa yang layak diajarkan kepada siswa berdasarkan kondisi psikologisnya. Dan guru juga harus bisa memahami kondisi siswa saat ia ingin mentransferkan ilmunya. Di sinilah terlihat peran guru sebagai ‘pelayan’ siswa dalam mendapatkan kenikmatan belajar akan dapat terealisasi dan tentunya akan merealisasikan tujuan yang ingin dicapai. 
Selain itu, guru akan menemukan bagaimana proses perkembangan peserta didik dihubungkan dengan belajar dan proses belajar peserta didik itu sendiri. Dengan mengetahui keduanya, maka guru akan dengan mudah mengajar dan mentransfer ilmunya kepada peserta didik. Keduanya memiliki peran penting dalam setiap proses mengajar-belajar
  •   Tingkat Daya Pikir Anak Didik     

Guru yang bijak harus bisa memahami perkembangan daya pikir anak didik. Dengan mengetahuinya, guru bisa dengan mudah nantinya menyusun teori belajar seperti apa yang layak diberikan kepada murid berdasarkan kemampuan berpikirnya dan topik pelajaran yang akan diajarkan. Dalam kajian psikologi pendidikan, ada empat tahapan perkembangan kognitif anak.

1. Sensor motorik. Ini terjadi pada anak yang baru lahir hingga usia 2 tahun. Daya pikirnya cenderung berkutat pada belajar bagaimana menghasilkan apa yang dia mau dan belajar menimbulkan efek tanpa memahami apa yang diperbuatnya. Makanya, pada anak usia seperti ini menangis menjadi cara belajar andalannya. Ia menangis ketika pipis. Menangis ketika lapar. Menangis juga ketika ngantuk dan kepanasan. Ia hanya cenderung berpikir dengan rasa.

2. Praoperasional. Ini terjadi pada anak usia 2-7 tahun. Gaya berpikirnya sudah mulai berkembang. Ia sudah bisa meminta dan mengingat apa yang dimilikinya. Ia sudah belajar merasa mempunyai. Hal ini tampak ketika dia memiliki mainan sudah hafal nama, warna dan bentuknya

3. Konkret-Operasional. Ini terjadi pada anak usia 7 hingga 11 tahun. Gaya berpikirnya makin berkembang dan mulai kreatif. Ia sudah mengenal dan mengetauhi bahwa benda padat tidak akan berubah jenis. Misal, kelereng yang dimilikinya sudah diyakini bentuknya bulat dan tak akan pernah berubah lagi.

4. Formal-Operasional.Ini terjadi pada anak usia 11 hingga 15 tahun. Gaya berpikirnya sudah bisa menganalisis. Ia sudah mengenal malu. Sudah ada rasa tertarik pada lawan jenis. Bahkan sudah ada yang berpikir kritis. Dan inilah yang menyebabkan mereka sudah disebut awal memasuki masa remaja.

  •   Macam-Macam teori belajar

Dengan memahami tahapan-tahapan berpikir anak didik, maka guru harus bisa memilih teori belajar apa yang layak diberikan kepada mereka. Menurut Drs. Sumardi Suryabrta dalam buku psikologi pendidikan  bahwa teori belajar itu ada tiga:

1.   Teori belajar Behavorisme. Teori belajar yang mengarahkan kepada perubahan tingkah laku. Sifat  teori belajar ini cenderung stimulus-respon. Maka anak didik dianggap telah belajar sesuatu bila ia mampu menunjukkan perubahan tingkah laku dari apa yang diajarkan.

2.  Teori belajar Kognitivisme. Teori belajar yang bukan hanya berdasarkan stimulus-respon, tapi sudah meningkat pada proses  kognitif yang mencakup ingatan, pengolahan, peniruan dsb.
3.   Teori belajar Humanistik. Teori belajar yang memanusiakan manusia. Karena proses belajar baru dikatakan berhasil jika anak didik telah memahamilingkungan dan dirinya sendiri.

Jadi, dengan mempelajari psikologi pendidikan seorang guru diyakini akan bisa mengajarkan teori belajar apa yang layak untuk anak didik berdasarkan usia dan tingkah pemahaman atau daya pikirnya.

E.       Peranan Psikologi Pendidikan dalam Proses Belajar Mengajar
Dalam proses belajar-mengajar dapat dikatakan bahwa ini inti permasalahan psikiologis terletak pada anak didik. Bukan berarti mengabaikan persoalan psikologi seorang pendidik, namun dalam hal seseorang telah menjadi seorang pendidik maka ia telah melalui proses pendidikan dan kematangan psikologis sebagai suatu kebutuhan dalam mengajar. Penguasaan guru tentang psikologi pendidikan merupakan salah satu kompetensi yang harus dikuasai guru, yakni kompetensi pedagogik. Muhibbin Syah (2003) mengatakan bahwa “diantara pengetahuan-pengetahuan yang perlu dikuasai guru dan calon guru adalah pengetahuan psikologi terapan yang erat kaitannya dengan proses belajar mengajar peserta didik”.
Guru dalam menjalankan perannya sebagai pendidik bagi peserta didiknya, tentunya dituntut memahami tentang berbagai aspek perilaku dirinya maupun perilaku orang-orang yang terkait dengan tugasnya, terutama perilaku peserta didik dengan segala aspeknya, sehingga dapat menjalankan tugas dan perannya secara efektif, yang pada gilirannya dapat memberikan kontribusi nyata bagi pencapaian tujuan pendidikan di sekolah.

Dengan memahami psikologi pendidikan, seorang guru melalui pertimbangan – pertimbangan psikologisnya diharapkan dapat:

1.      Merumuskan tujuan pembelajaran secara tepat.
Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru akan dapat lebih tepat dalam menentukan bentuk perubahan perilaku yang dikehendaki sebagai tujuan pembelajaran. Misalnya, dengan berusaha mengaplikasikan pemikiran Bloom tentang taksonomi perilaku individu dan mengaitkannya dengan teori-teori perkembangan individu.

2.      Memilih strategi atau metode pembelajaran yang sesuai.
Dengan memahami psikologi pendidikan yang memadai diharapkan guru dapat menentukan strategi atau metode pembelajaran yang tepat dan sesuai, dan mampu mengaitkannya dengan karakteristik dan keunikan individu, jenis belajar dan gaya belajar dan tingkat perkembangan yang sedang dialami siswanya.

3.      Memberikan bimbingan atau bahkan memberikan konseling.
Tugas dan peran guru, di samping melaksanakan pembelajaran, juga diharapkan dapat membimbing para siswanya. Dengan memahami psikologi pendidikan, tentunya diharapkan guru dapat memberikan bantuan psikologis secara tepat dan benar, melalui proses hubungan interpersonal yang penuh kehangatan dan keakraban.

4.      Memfasilitasi dan memotivasi belajar peserta didik.
Memfasilitasi artinya berusaha untuk mengembangkan segenap potensi yang dimiliki siswa, seperti bakat, kecerdasan dan minat. Sedangkan memotivasi dapat diartikan berupaya memberikan dorongan kepada siswa untuk melakukan perbuatan tertentu, khususnya perbuatan belajar. Tanpa pemahaman psikologi pendidikan yang memadai, tampaknya guru akan mengalami kesulitan untuk mewujudkan dirinya sebagai fasilitator maupun motivator belajar siswanya.

5.       Menciptakan iklim belajar yang kondusif.
Efektivitas pembelajaran membutuhkan adanya iklim belajar yang kondusif. Guru dengan pemahaman psikologi pendidikan yang memadai memungkinkan untuk dapat menciptakan iklim sosio-emosional yang kondusif di dalam kelas, sehingga siswa dapat belajar dengan nyaman dan menyenangkan.

6.      Berinteraksi secara tepat dengan siswanya.
Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan memungkinkan untuk terwujudnya interaksi dengan siswa secara lebih bijak, penuh empati dan menjadi sosok yang menyenangkan di hadapan siswanya.
7.      Menilai hasil pembelajaran yang adil.

Pemahaman guru tentang psikologi pendidikan dapat mambantu guru dalam mengembangkan penilaian pembelajaran siswa yang lebih adil, baik dalam teknis penilaian, pemenuhan prinsip-prinsip penilaian maupun menentukan hasil-hasil penilaian.

F.       Kesimpulan
Sebagai objek sasaran dalam proses belajar mengajar adalah anak didik sebagai manusia individu yang memiliki perilaku, karakteristik dan kemampuan yang berbeda satu sama lain, maka dalam proses belajar mengajar, seorang pendidik perlu memperhatikan faktor psikologi karena pendidikan sebagai suatu proses perubahan tingkah laku yang diperolah melalui belajar mengajar, tidak dapat dipisahkan dari psikologi.


Guru sebagai pendidik atau pengajar menjadi subjek yang mutlak harus memiliki pengetahuan psikologi sehingga proses belajar mengajar bisa berjalan dengan baik, setidaknya dalam meminimalisir kegagalan dalam menyampaikan materi pelajaran.

No comments:

About Us | Privacy Policy | Contact
| Syarat dan ketentuan Layanan |CTT1001NEWS DARI TAHUN 2016-2024 UNTUK PENDIDIKAN LEBIH BAIK